Seniman teater kampus di Aceh kembali menggebrak kevakuman di bidang seni teater yang "terasingkan" dari kesemarakan event seni budaya di moment tahun kunjungan wisata 2011 yang terkesan hanya menampilkan program seni yang mengakomodir "selera" pejabat pembuat kebijakan sekaligus sebagai penyandang dana kegiatan yang bersumber dari uang kutipan pajak masyarakat.
(Ekspresi bakat Seni) Eksibisi NOL-II Tahun 2011 UKM Teater NOL Universitas Syiah Kuala digelar di Lantai 2 Gelanggang Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. “Kita mencoba memfasilitasi teman-teman teater khususnya teman-teman teater kampus untuk mengekspresikan hasil proses kreatif mereka selama ini agar dapat kita nikmati bersama sekalian ini menjadi ajang silaturahmi seniman kampus di Aceh” ujar Winda Utami, Ketua Umum UKM Teater NOL Universitas Syiah Kuala ini.
(Ekspresi bakat Seni) Eksibisi NOL-II Tahun 2011 UKM Teater NOL Universitas Syiah Kuala digelar di Lantai 2 Gelanggang Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. “Kita mencoba memfasilitasi teman-teman teater khususnya teman-teman teater kampus untuk mengekspresikan hasil proses kreatif mereka selama ini agar dapat kita nikmati bersama sekalian ini menjadi ajang silaturahmi seniman kampus di Aceh” ujar Winda Utami, Ketua Umum UKM Teater NOL Universitas Syiah Kuala ini.
Keseriusan panitia pelaksana dalam pelaksanaan kegiatan ini terlihat dari suasana dalam gedung Gelanggang Mahasiswa Unsyiah yang mampu
mereka ubah layaknya Gedung Utama Taman Budaya Aceh yang belakangan ini malah terkesan "menjaga jarak" dengan kalangan seniman di Aceh yang dulunya akrab dikenal sebagai "rumahnya" para seniman Aceh mengekspresikan karya seni.
Seluruh ruangan lantai dua Gelanggang mahasiswa Unsyiah ini dicover menggunakan ratusan meter kain hitam dan deretan lighting yang cukup sederhana untuk sebuah pementasan teater. “Kami akan mempersiapkan pentas dan alat pendukung artistik yang layak untuk rekan-rekan seniman kampus yang akan tampil, ini lah keindahan kerja seni, tak bisa ternilaikan dengan konversi mata uang mana pun” kata Miswar Anwar, Penanggung jawab Artistik. “Kami juga ingin memanjakan para penikmat seni teater kampus dengan suguhan kopi Aceh dan teh hangat racikan Angkringan Kopi Heri dan Adhe, kami berharap kegiatan ini menjadi obat dari kerinduan para pecinta seni teater kampus” tambah Dimas Putranto yang memegang tugas Stage Manager di event Eksibisi NOL-II 2011 ini.
Seluruh ruangan lantai dua Gelanggang mahasiswa Unsyiah ini dicover menggunakan ratusan meter kain hitam dan deretan lighting yang cukup sederhana untuk sebuah pementasan teater. “Kami akan mempersiapkan pentas dan alat pendukung artistik yang layak untuk rekan-rekan seniman kampus yang akan tampil, ini lah keindahan kerja seni, tak bisa ternilaikan dengan konversi mata uang mana pun” kata Miswar Anwar, Penanggung jawab Artistik. “Kami juga ingin memanjakan para penikmat seni teater kampus dengan suguhan kopi Aceh dan teh hangat racikan Angkringan Kopi Heri dan Adhe, kami berharap kegiatan ini menjadi obat dari kerinduan para pecinta seni teater kampus” tambah Dimas Putranto yang memegang tugas Stage Manager di event Eksibisi NOL-II 2011 ini.
Eksibisi NOL-II 2011
yang dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17 Juli
2011 ini menampilkan kreatifitas seni olahan seniman kampus seperti Pementasan Teater, Musikalisasi Puisi, Pembacaan Puisi, Monolog dan dilanjutkan dengan Diskusi Karya pada sesi akhir setiap pementasan. ”Pementasan teater
hanyalah akibat dari sebuah proses latihan serius dalam penggarapan suatu karya, dan disetiap akhir pementasan di ajang Eksibisi
ini kami mengadakan diskusi karya agar kita dapat saling bertukar pengalaman
sehingga diharapkan menjadi masukan dalam perkembangan teater kampus Aceh nantinya.” Ujar
Teuku Ilham yang merupakan Penanggungjawab Lighting pada event ini.
Sesi Diskusi Karya dipandu oleh Azhadi Akbar, S.Sn lulusan jurusan
teater STSI /ISI Padang Panjang dan “Wig Maru” Rasyiddin S. Sn, pegiat teater lulusan STSI Bandung. Tampak juga dalam diskusi ini para pecinta seni teater kampus dan alumni UKM Teater NOL Unsyiah, diantaranya Dharmein,
Audi O.N, Mulizar wak jal, Faisal Ichall, Munzir Siron, Toan Jefri, Beni Arona, Akmal Van Roem, Maulida Zelfi, Yanti Koto, Nurul Tari dan dr. Lisa Icha serta puluhan tamu undangan lainnya. Hadir juga di hari kedua pertunjukan para Awak Away Seniman Aceh diantaranya Bang Din Saja dan "Ampon Yan" T. Januarsyah.
Sang Kapten |
Dilanjutkan Pentas Monolog Wig Rasyiddin Maru bersama tim kreatif dari Lab. Aneuk Meuseni, mengangkat naskah "Makan Siang". Sebagai seniman teater berbasis akademis lulusan STSI Bandung ini, Wig mengeksplorasi permainan tubuh dan kata sehingga menyuguhkan atraksi pentas yang menghibur pecinta seni teater dikampus Darussalam.
Dihari pertama ini juga tampil Teater Sukma dari SMA Sukma Bangsa
Pidie dengan performance panggung yang sangat menarik dengan Judul "Potret Buram Pemimpin Kita". Mereka coba
mengeksplorasi panggung dengan setting artistik yang minimalis. “Kami masih dalam tahap
berproses, dan kita harapkan adik-adik Teater Sukma SMA Sukma Bangsa Pidie ini
terus latihan dengan serius baik itu dibidang teater maupun di bidang seni
lainnya”, ungkap salah seorang Pembina Seni Teater Sukma SMA Sukma Bangsa Pidie. Mereka juga
mengharapkan agar kegiatan-kegiatan seni seperti ini diperbanyak dan menjadi
agenda tetap disetiap tahunnya.
Ada senyum di setiap bibir yang menonton, mungkin itulah padanan kata yang tergambarkan ketika Monolog "Itu Biasa" yang di lakonkan Kharis Muharram “Si Creet” yang juga merupakan bagian dari sesepuh muda UKM Seni Putroe Phang Unsyiah ini mengalir dalam alur permainan dialog-dialog sumir yang menggelitik telinga dan pelampiasan akting realis yang benar-benar dipersiapkan secara matang.
Di penyajian terakhir kegiatan hari pertama Eksibisi NOL-II 2011 ini, penonton juga masih dimanjakan oleh naskah "Perempuan Pencari Keadilan" yang merupakan persembahan Zero V Management garapan sutradara
Faisal Ichal.
Para pemain yang rata-rata para model dari sekolah Modelling di
Banda Aceh ini cukup mahir bermain akting layaknya aktor dan aktris
teater yang telah memainkan puluhan naskah teater. “Saya
sendiri surprise dengan penampilan adik-adik model, mereka cukup
berbakat. Ini juga didukung oleh pengalaman pentas mereka yang sering tampil diatas catwalk, tentunya hal ini cukup mengasah nyali
mereka dalam penguasaan panggung sehingga dapat bermain maksimal” papar
sang sutradara yang juga seorang aktifis ini.
Ada senyum di setiap bibir yang menonton, mungkin itulah padanan kata yang tergambarkan ketika Monolog "Itu Biasa" yang di lakonkan Kharis Muharram “Si Creet” yang juga merupakan bagian dari sesepuh muda UKM Seni Putroe Phang Unsyiah ini mengalir dalam alur permainan dialog-dialog sumir yang menggelitik telinga dan pelampiasan akting realis yang benar-benar dipersiapkan secara matang.
Mengawali eksibisi NOL di hari kedua, alunan Musikalisasi Puisi UKM IPSI Unsyiah mendapat apresiasi yang cukup memuaskan dari pekerja seni kampus. Kehadiran para "Pendekar Silat" UKM IPSI Unsyiah ini dalam kreasi mereka di Musikalisasi Puisi seakan membuktikan bahwa jiwa berkesenian bisa hadir dimana saja dan dalam diri siapa saja.
Dilanjutkan dengan aksi pentas Teater Gemasastrin FKIP PBSI Unsyiah dengan
Sutradara Nazar Shah Alam yang mengangkat naskah "Tuan Umar" yang bercerita tentang kehidupan tawar
menawar kepentingan seperti layaknya realita
yang terjadi dinegeri ini. Dengan setting pentas suasana kompleks pemakaman, menggambarkan ketokohan
seorang "Wakil Rakyat" dan ketokohan para hantu, seolah menceritakan bahwa wakil
rakyat dinegeri ini tak ubahnya seperti para hantu yang menakuti masyarakat.
Pada sesi diskusi karya, Azhadi Akbar, S. Sn sedikit memberikan masukan bahwa sebaiknya pementasan teater bukan hanya sebagai tempat curhat bagi kita dalam mengkritisi keadaan disekitar, namun diharapkan dalam sebuah pementasan teater juga di masukkan sebuah resolusi sehingga tersampaikan sebuah solusi dalam mengangkat suatu realita.
Pada sesi diskusi karya, Azhadi Akbar, S. Sn sedikit memberikan masukan bahwa sebaiknya pementasan teater bukan hanya sebagai tempat curhat bagi kita dalam mengkritisi keadaan disekitar, namun diharapkan dalam sebuah pementasan teater juga di masukkan sebuah resolusi sehingga tersampaikan sebuah solusi dalam mengangkat suatu realita.
Monolog berjudul "Intermezzo" yang di suguhkan oleh Nurul "Uul" Iman dari Bestek FE Unsyiah ini seakan sebuah pembuktian kepada masyarakat seni kampus bahwa kreatifitas seni teater dan akting di kalangan pekerja seni teater kampus di Aceh masih tetap eksis dan akan terus berkembang dalam proses demi proses yang tiada henti.
Pada Naskah “Lena Tak Pulang” karya Muram Batubara yang
dipentaskan oleh KTM Teater Rongsokan IAIN Ar Raniry ini, aktor Dendi, Sara maulina, Putra maulana,
Yusma Heri dan Ulil Absar, mampu menyedot keseriusan dari penonton sehingga tak
terasa 35 menit pementasan menjadi sangat cepat berlalu. Dibawah garapan
Sutradara Maulizar dan Asstrada. Mirza, mereka bermain dalam naskah absurd
dengan harapan-harapan yang terputus. Mereka mencoba menganalogikan manusia
terhadap kekuasaan Tuhan. Sebuah Penampilan yang sangat menarik dalam konsep
absurd dan memberikan pencerahan baru di tataran perteateran khususnya di dunia teater kampus Aceh.
Diselingi dengan Musikalisasi Puisi "Art of Esthetic", binaan Dharmein dan petikan
lirih akustik gitar Ilham Nur-Men, suasana gelanggang mahasiswa Unsyiah semakin membakar aura
seni. Suara khas Husnul Maulida dan teman-teman di Musikalisasi Puisi NOL cukup
menambah kehangatan dan keakraban sesama pekerja teater kampus.
Penghuni-Penghuni |
Penghuni-Penghuni |
Diakhir acara yang dibarengi dengan obrolan "Janji Purnama" sambil menikmati kopi hangat racikan Angkringan Kopi Heri dan Adhe, rekan Wig Rasyiddin Maru membocorkan sedikit rencananya untuk melakukan performance Art di Simpang Lima Banda Aceh dan beberapa ruang publik lainnya untuk mengekspresikan keresahan sosial yang selama ini terjadi di sekitar masyarakat kita.
Dan sebuah pengharapan juga bagi pekerja teater kampus agar kegiatan seni seperti ini terus berlangsung secara berkesinambungan dan menjadi wadah kreatifitas positif generasi muda Aceh dalam mengkritisi kebijakan para penguasa dengan ekspresi seni yang penuh estetika. (©Aby Cenk)