Seni Pertujukan Subversif dan Kegelapan Maestro Butoh

Seniman Jepang, Takao Kawaguchi tampil dalam pertunjukan tari tunggal About Kazuo Ohno di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 15 Agustus 2016. Takao membawakan enam adegan sebagai pembukaan Art Summit Indonesia edisi ke-8. TEMPO/Nurdiansah
Yogyakarta - Getir, lucu, dan magis. Kesan itu terasa dalam pertunjukan Seniman Jepang Takao Kawaguchi. Ia meyuguhkan karya seni bertajuk About Kazuo Ohno. Kazuo merupakan empu karya seni eksperimental Jepang. Orang Jepang menyebutnya Butoh. Ini karya seni yang mengeksplorasi gerakan tubuh yang keluar dari standar keindahan atau keelokan tubuh.
Takao memukau pengunjung yang bertahan sepanjang pertunjukan berdurasi hampir tiga jam di halaman dan Pendopo Ajiyasa Jogja National Museum Yogyakarta, Kamis malam, 18 Agustus 2016. Pertunjukan ini bagian dari Art Summit Indonesia yang kedelapan.
Di halaman Jogja National Museum, Takao memulai pentas dengan bermain sepatu roda. Ia mengenakan kaus dan celana pendek berwarna merah. Takao tampak kumal dan lusuh. Ada banyak sampah di sekelilingnya. Kain rombeng, plastik, kain pel, drum, dan kotak merah tempat bir. Takao tampil bak buruh pabrik yang tubuhnya penuh noda hitam terkena asap cerobong pabrik. “Saya mengcopy karya tari Kazuo Ohno. Berimprovisasi dengan menggunakan media sampah,” kata Takao kepada Tempo seusai pertunjukan.
foto: tempo.co

Takao menaiki sepeda onthel dengan drum menutupi kepalanya. Ia tertatih-tatih mengayuh sepeda hampir jatuh. Ia juga berinteraksi dengan penonton dengan memainkan plastik yang diikat pada ujung tongkat pada ujungnya. Ia pantul-pantulkan tongkat dan plastik itu pada seorang bocah yang menonton bersama ibunya.
Menurut Takao, Kazuo banyak mengekplorasi gerak tubuh dengan gaya yang dia miliki. Kazuo banyak bepergian ke gunung, area industri, dan bermain dengan sampah. Kazuo juga menemukan berbagai kehancuran. Karya Kazuo Ohno juga telah difilmkan. Ada tiga karyanya berjudul Admiring la Argentina (1977), My Mother (1981), dan Dead Sea, Ghost. Wienerwaltz (1985). 
Takao mempelajari karya Kazuo, termasuk menonton tiga film itu. Ia terinspirasi menciptakan karya seni bertema Butoh berjudul About Kazuo Ohno. Karya ini diciptakan pada 2003 dan dipentaskan dengan cara berkeliling Eropa. Di Indonesia, selain di Yogyakarta, karya itu sebelumnya telah dipentaskan di Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Foto: tempo.co
Dari halaman Jogja National Museum, Takao mengajak pengunjung ke pendopo. Di sana, ia menampilkan pertunjukan yang berkisah tentang kelahiran, anak-anak, usia dewasa, tua, hingga kematian manusia. Ia berganti-ganti kostum dan berkaca di panggung. Takao yang menjadi bocah membagi-bagikan permen kepada sejumlah pengunjung.
Di penghujung pertunjukan, Takao membubuhkan bedak putih dan bergincu. Wajahnya penuh coreng moreng. Takao mengenakan rok dan baju perempuan. “Ini bicara tentang orang yang hidup dalam prostitusi dan meninggal sampai usia tua,” kata Takao.
Serangkaian acaranya digelar pada hari yang berbeda di delapan kota, yakni Yogyakarta Jakarta, kota lainnya yakni Jakarta, Solo, Bandung, Padang, Padang Panjang, Bali, dan Makasar. 


Penggagas Art Summit Indonesia, Edi Sedyawati mengatakan ini adalah festival internasional seni pertunjukan kontemporer yang digelar pertama kali tahun 1995. Setelah itu acara digelar setiap tiga tahun sekali. Kazuo Ohno, sang maestro Butoh pernah mengisi Art Summit Indonesia yang perdana. “Indonesia mengundang dunia, karya di bidang musik, tari, dan teater,” kata Edi dalam katalog.




SHINTA MAHARANI/TEMPO.CO
 
Copyright © 2014 Share In Love - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info