Tentang Tari (Tubuh dan Ruang)


Sebagai suatu peristiwa seni, sebuah seni tari biasanya mengandung sebuah ruang bertemunya gagasan (forum dialog), jika tidak ruang jelajah dan pematangan gagasan-gagasan, di dunia tari kreasibaru, sejarah mencatat bagaimana ajang event bisa menentukan arah maupun gerakan artistik yang sesuai konteks jamannya.

Tari dapat berarti banyak hal. Di jaman sebelumnya, tari (baik di Aceh maupun Nusantara) adalah semata-mata ekspresi ritual yang menghubungkan manusia dengan dunia transendental. Di suatu saat, tempat dan masyarakat tertentu, tari eksis sebagai ekspresi masyarakat agraris yang mengaitkan perayaan siklus tani/peisir dengan perayaan-perayaan sosial.

Di paruh jaman ketika modernitas muncul dan menggejala secara luas, seni tari bisa berarti praktek representasional (representational practice) atau praktek kritikal (critical practice) yang melibatkan konsepsi tubuh/ruang (garis miring di sini berfungsi sebagai pola – atau ‘interface’ - hubungan kedua unsur ini sebagai dua buah konsep yang saling berhubungan, bukannya terpisah). Namun apa yang tersaji di pentas, adalah sesuatu yang berbeda.

Sesungguhnya, ada beberapa gagasan menarik yang potensial dijelajahi dalam konsepsi seni tari yang kuat. Karya yang benar-benar berakar dari tradisi lokal tertentu, seperti komposisi baru Zapin Munajad karya Kaka Zafana dan ataupun murni tradisi baru Cangklak yang ditarikan Sanggar Rampoe, misalnya, ditampilkan dalam bingkai konteks yang madern. Apakah kedua karya tadi semata-mata hadir sebagai ‘syarat’ akan sebuah tradisi yang bisa jadi terancam punah; ataukah ditempatkan untuk berdialog dengan karya-karya baru penari/koreografer muda yang bisa jadi mengambil inspirasi dari bentuk-bentuk tradisi yang di masa lalu sudah menjadi baku.

Dilihat dari sudut pandang kosepsi tubuh/ruang, tari tradisi di sini ditempatkan sebagai tubuh masa lalu yang lalu lalang di ruang yang statis – padahal tari adalah tubuh yang bergerak sebagai arus di ruang yang tidak soliter. Ia bagian dari tertentu yang akan bermakna jika dikontekstualisasikan. Sebagian besar karya mencerminkan keadaan tari (khususnya tari kreasibaru) Aceh beberapa tahun belakangan ini, yang seolah terjebak di pendangkalan gagasan dan miskinnya wawasan tentang persoalan-persoalan seputar tari (tubuh, ruang, gerak, diskusi/dialog diskursif tentang tema-tema naratif) maupun problematik-problematik yang mengitarinya.
Selebihnya, meski tampil dengan tubuh yang indah (dan beberapa) dilengkapi dengan teknik gerak yang intens dan eksploratif, karya para penari/koreografer masih lemah dalam mengemukakan sesuatu secara konseptual. Gagasan-gagasan menarik tergelincir dalam stereotip-stereotip pertunjukan tari yang mengisi panggung dengan properti, namun tanpa garis merah konseptual yang menjelaskan sesaknya mereka di sana. apalagi dunia. Sangat ironis, mengingat kekayaan tradisi tubuh/gerak/tari Nusantara yang pontensial melahirkan karya-karya dan wacana tari sebagai re-presentasi kultural yang bukan berharga semata-mata karena keragaman identitasnya, tapi juga menjadi landasan di mana praktek kritikal bisa berlangsung.


Bagaimanapun, di tengah absennya infrastruktur seni yang memadai, minimnya sumber daya dan kebingungan bidang pendidikan seni menanggapi seni tari kreasibaru yang sering berujung dengan kecenderungan mengisolasi diri dari perkembangan di luar, sebuah upaya lokal seperti penyelenggaraan Workshoop, seminar, dan event-event Festival dengan segala kelebihan dan kekurangannya - patut disemangati. Namun apapun kesulitannya, selayaknya substansi tetap mendapat tempat utama, sehingga perbaikan selayaknya menjadi agenda pengelola sebagai fasilitator sebuah peristiwa berkesenian.

Dan hal ini bisa diterjemakan ke dalam pemograman yang lebih kritis (dengan bantuan jejaring tari yang ada), keterbukaan dalam mengelola, serta perencanaan festival yang matang dan seharusnya bisa dimulai dari jauh-jauh hari. Sehingga para koreografer-penari punya waktu cukup untuk mempersiapkan karyanya.



Banda Aceh, 21 Oktober 2010

Oleh; Kaka Zafana

 
Copyright © 2014 Share In Love - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info