Menyahuti peringatan hari jadi Kota
Banda Aceh yang pada Kamis 22 April 2010 atau bertepatan dengan 08
Jumadil Awal 1431 Hijriah, yang genap berusia 805 tahun dan termasuk
Kota Islam tertua di Asia Tenggara, birokrasi Mawardy-Illiza telah
mencanangkan program Visit Year 2011 mendatang atau sebagai Kota
Pariwisata.
Tujuan terhadap Visit Year itu, yakni mulai untuk mendongkrak nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD), membangkitkan perekonomian melalui membukanya lapangan kerja, guna menurunkan angka kemiskinan.
Sekilas kebelakang terhadap program itu, mengingat masih banyaknya potensi PAD yang belum tergali secara maksimal.Maka, perlunya upaya kreatif dari Pemko yang harus berkelanjutan mengembangkan pariwisata dalam menyukseskan Visit Banda Aceh Year 2011.
Dalam bidang pariwisata
dikota Banda Aceh, telah rampung dibangun sejumlah sarana maupun
prasarana wisata, antara lain Museum Tsunami, Kapal PLTD Apung, taman
Edukasi Tsunami, taman Thanks The World di lapangan Blang Padang,
Revitalisasi Taman Putroe Phang dan taman Sari.
Bahkan, juga dilakukan perbaikan situs-situs sejarah dan Tsunami Water Front City, taman kota wisata kuliner dan taman Bustanus Salatin di sepanjang bantaran Krueng Aceh, serta penyediaan fasilitas olahraga lapangan golf.
Disektor infrastuktur lainnya Pemko Banda Aceh telah membangun dan merehab jalan dan jembatan yang meliputi seluruh wilayah kota, seperti halnya pembangunan terminal bus terpadu, terminal mobil barang, pembangunan kembali pelabuhan Ulee Lheue pasca bencana gempa dan Tsunami dan perbaikan jaringan air minum yang tersebar di sembilan wilayah kecamatan meskipun masih belum sempurna.
Guna mengatasi rawan banjir dan genangan air pada saat musim hujan yang melanda kota tua itu, telah dibangun beberapa rumah pompa dan drainase pelaksanaannya sejak tahun 2007 lalu melalui bantuan hibah dari JICS dan muslim AID.
Bahkan, juga dilakukan perbaikan situs-situs sejarah dan Tsunami Water Front City, taman kota wisata kuliner dan taman Bustanus Salatin di sepanjang bantaran Krueng Aceh, serta penyediaan fasilitas olahraga lapangan golf.
Disektor infrastuktur lainnya Pemko Banda Aceh telah membangun dan merehab jalan dan jembatan yang meliputi seluruh wilayah kota, seperti halnya pembangunan terminal bus terpadu, terminal mobil barang, pembangunan kembali pelabuhan Ulee Lheue pasca bencana gempa dan Tsunami dan perbaikan jaringan air minum yang tersebar di sembilan wilayah kecamatan meskipun masih belum sempurna.
Guna mengatasi rawan banjir dan genangan air pada saat musim hujan yang melanda kota tua itu, telah dibangun beberapa rumah pompa dan drainase pelaksanaannya sejak tahun 2007 lalu melalui bantuan hibah dari JICS dan muslim AID.
Kota Banda Aceh kini sedang berupaya dan terus berbenah diri guna menyambut dan mensukseskan visit Banda Aceh Year 2011 antara lain dengan membangun prasarana dan sarana wisata yang relatif memadai serta didukung infrastuktur dasar lainnya. pada pelaksanaan program pemerintahan dan untuk meningkatkan kinerja, dibutuhkan kebijakan dan manejemen strategis, yang merupakan salah satu wujud keseriusan dalam mengimplementasikan penyelenggaraan birokrasinya itu.
Dengan kerja keras dan dukungan semua pihak, selama ini Pemko Banda Aceh
mampu memperoleh berbagai penghargaan atas keberhasilan dalam
menjalankan pemerintahan di tengah-tengah kesulitan yang dihadapinya,
seperti pelopor Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu yang
pertama di Aceh.
Bahkan, Pemerintah Pusat juga menganugerahi Adipura dan Kalpataru tahun 2009 sebagai Kota Bersih dan Sehat, Kategori Baik untuk Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat.Dibidang pengelolaan keuangan kita mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian atau WTP, dan yang terakhir kita mendapat Piala Citra Bhakti Abdi Negara sebagai penghargaan terhadap kualitas pelayanan publik di Kota Banda Aceh.
Penghargaan Citra Bhakti Abdi Negara (CBAN), diberikan kepada Pemkab/Pemko yang dinilai memiliki komitmen kuat dalam mengimplementasikan kebijakan pelayanan publik, penilaian tersebut dilakukan pada tahun 2009 lalu.
Penilaian terhadap pemerintah kabupaten/kota, juga tidak terlepas ditinjau dari peningkatan pelayanan publik, yang pada dasarnya merefleksikan apa yang menjadi arah kebijakan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tidak hanya itu, Pemkab/Pemko harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.Karena itu, Banda Aceh mendapatkan penghargaan tersebut.
Pemerintah Kota Banda Aceh, sedang berusaha membangun dunia usaha agar bisa tumbuh dan mendapatkan pendapatan dengan baik, usaha yang halal, transparan, sesuai dengan aturan.
Bahkan, Pemerintah Pusat juga menganugerahi Adipura dan Kalpataru tahun 2009 sebagai Kota Bersih dan Sehat, Kategori Baik untuk Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat.Dibidang pengelolaan keuangan kita mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian atau WTP, dan yang terakhir kita mendapat Piala Citra Bhakti Abdi Negara sebagai penghargaan terhadap kualitas pelayanan publik di Kota Banda Aceh.
Penghargaan Citra Bhakti Abdi Negara (CBAN), diberikan kepada Pemkab/Pemko yang dinilai memiliki komitmen kuat dalam mengimplementasikan kebijakan pelayanan publik, penilaian tersebut dilakukan pada tahun 2009 lalu.
Penilaian terhadap pemerintah kabupaten/kota, juga tidak terlepas ditinjau dari peningkatan pelayanan publik, yang pada dasarnya merefleksikan apa yang menjadi arah kebijakan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tidak hanya itu, Pemkab/Pemko harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.Karena itu, Banda Aceh mendapatkan penghargaan tersebut.
Pemerintah Kota Banda Aceh, sedang berusaha membangun dunia usaha agar bisa tumbuh dan mendapatkan pendapatan dengan baik, usaha yang halal, transparan, sesuai dengan aturan.
Kota Banda Aceh yang dulunya bernama Bandar Aceh Darussalam dalam
sejarahnya telah mengukir relik-relik kemajuan sehingga Banda Aceh
telah menjadi Kota Tamaddun di kawasan Asia Tenggara.
805 tahun adalah sebuah usia yang sudah sangat tua, hampir sama dengan
usia sebuah imperium kekhalifahan Bani Umayyah di Cordova Spanyol yang
terkenal dengan Panglimanya Thariq bin Ziyad pada ratusan abad yang
lampau, atau melebihi masa kegelapan dunia setelah masa Kenabian Isa
Al-Masih pada abad-abad kegelapan yang berlangsung hampir 600 tahun.
Jika ingin sejenak untuk mereview kembali sejarah Kota Banda Aceh,
tentu dapat diungkapkan dari awal pendiriannya (establised),
diproklamirkan pada hari Jum’at tanggal 1 Ramadhan 601 H atau 22 April
1205 M, oleh Sultan Alaiddin Johansyah di Istana kerajaan yang bernama
Kandang Aceh Kampung Pande dan selanjutnya dipindahkan ke Kuta Dalam
Darud dunia di seberang Krueng Aceh.
Sejarah mencatat bahwa sebagai Ibukota Negara Kerajaan Aceh Darussalam, Bandar Aceh Darussalam menjadi pusat perkembangan politik, ekonomi, pendidikan, agama dan sosial budaya baik di nusantara maupun manca negara.
Kemasyhuran Bandar Aceh Darussalam sejak Pemerintahan Johansyah, Ali Mughayatsyah, Iskandar Muda, dalam Pemerintahan Sri Ratu Safiatuddin adalah bukti-bukti sejarah yang telah terukir dengan tinta emas sejarah ibukota Serambi Mekkah ini.
Sebagai kota yang menjadi pusat pemerintahan, daerah ini kerab mengalami pasang surut.Pada akhir tahun 2004 terjadi musibah Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami yang telah menghancurkan hampir sepertiga wilayah Kota Banda Aceh.
Pemerintah bersama warga dan partisipasi lembaga swadaya berhasil memulihkan kembali, bahkan secara fisik kondisinya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Sejarah mencatat bahwa sebagai Ibukota Negara Kerajaan Aceh Darussalam, Bandar Aceh Darussalam menjadi pusat perkembangan politik, ekonomi, pendidikan, agama dan sosial budaya baik di nusantara maupun manca negara.
Kemasyhuran Bandar Aceh Darussalam sejak Pemerintahan Johansyah, Ali Mughayatsyah, Iskandar Muda, dalam Pemerintahan Sri Ratu Safiatuddin adalah bukti-bukti sejarah yang telah terukir dengan tinta emas sejarah ibukota Serambi Mekkah ini.
Sebagai kota yang menjadi pusat pemerintahan, daerah ini kerab mengalami pasang surut.Pada akhir tahun 2004 terjadi musibah Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami yang telah menghancurkan hampir sepertiga wilayah Kota Banda Aceh.
Pemerintah bersama warga dan partisipasi lembaga swadaya berhasil memulihkan kembali, bahkan secara fisik kondisinya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Article Sources:
Dari Pelbagai sumber