Bahaya Perut

Illustrasi: pusrapi.blogspot.co.id

Pada suatu hari Rasulullah SAW kedatangan tamu seorang dokter (tabib) bangsa Yahudi yang datang dari Palestina. Ia minta izin untuk buka praktek di kota Madinah. Rasulullah pun mengizinkan. Singkat cerita sang dokterpun itupun mulai buka praktek. Tapi baru satu bulan kemudian ia datang lagi menemui Rasulullah untuk permisi pulang ke negerinya.

Rasulullah pun tidak bisa menyembunyikan keheranannya. “Kenapa anda begitu cepat meninggalkan kota ini, apa ada yang kurang menyenangkan di kota ini?” tanya Rasulullah.
“Tidak tuan. Semua baik-baik saja. Bahkan penduduk kota ini sungguh sangat ramah dan menyenangkan,” jawab sang dokter (tabib).

“Lalu, apa yang menjadi masalahnya?, tanya Rasulullah kemudian.
Kemudian sang tabib berterus terang, bahwa ia ingin cepat pulang ke negerinya karena selama satu bulan buka praktek di kota Madinah, tak satupun warga kota yang datang untuk berobat kepadanya. Padahal di negerinya ia termasuk dokter ahli/pakar/spesialis yang cukup terkenal dan banyak pasiennya.

Dokter itupun melanjutkan ceritanya. “Karena penasaran, saya berkeliling kota masuk kampung ke luar kampung untuk mencari pasien yang sakit. Tapi tak satupun saya jumpai orang sakit untuk saya obati. Sayapun merasa heran, seluruh warga kota dalam keadaan sehat wal afiat. Belum pernah saya dapatkan kota dengan seluruh penduduknya yang sehat seperti di kota Madinah ini,” ujarnya panjang lebar.

“Lalu, saya pun bertanya kepada penduduk yang saya jumpai, apa rahasianya sehingga mereka hidup nyaris sehat sempurna?” lanjut sang dokter. “Lantas apa jawab mereka? tanya Rasulullah tak sabar. Mereka pun menjawab : Kami adalah kaum yang tidak akan makan sebelum datang rasa lapar. Dan apabila kami makan, tidak sampai kekenyangan. Begitulah jawab mereka tuan,” jelas sang dokter itu.

Mendengar cerita sang dokter tersebut, Rasulullah pun  berkomentar, “Sungguh benar apa yang mereka katakan kepada tuan,” kata Rasulullah sambil menyitir sebuah hadits, yang artinya : “Lambung manusia itu tempatnya segala penyakit, sedangkan pencegahan itu pokok dari segala pengobatan.” (HR. ad-Dailami).

Mengambil hikmah dari cerita dokter di atas , bisa kita simpulkan bahwa kaum muslimin pada masa Rasulullah adalah umat atau kaum yang sangat disiplin dalam mempraktekkan pola hidup sederhana. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud ra bahwa , “‘Kami adalah kaum yang tidak akan makan sebelum datang rasa lapar. Dan apabila kami makan, tidak sampai kekenyangan.” menggambarkan sikap hidup mereka yang sangat berhati-hati dalam soal mengendalikan perut.

Muncul pertanyaan, apakah mereka mempraktekkan nilai-nilai itu “tidak akan makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kekenyangan” dikarenakan mereka hidup dalam kemiskinan? jawabannya tidak. Sebab pada saat itu justru mulai bermunculan orang-orang kaya baru seperti Abdurrahman bin Auf yang sukses dengan bisnisnya. Tapi meskipun mereka kaya, mereka tidak rakus. Pola hidup sederhana yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah benar-benar mereka praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal secara logika tidak ada larangan untuk menikmati sesuatu yang menjadi miliknya. Toh makanan itu mereka beli dari hasil kerja mereka sendiri, bukan mencuri, merampas hak orang apalagi hasil korupsi.

Tapi semua itu tidak mereka lakukan, meskipun dalam kondisi mampu untuk menikmatinya. Karena dengan pemahamannya itu lantas mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yakin bahwa tanpa kendali perut hanya akan menjadi tempat segala macam penyakit baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Yang bersifat fisik seperti obesitas, diabet, penyakit jantung  dan lain-lain.

Menurut Prof Dr dr Askandar Tjokroprawiro SpPD-KEMD (ahli penyakit dalam), timbunan lemak pada perut, ternyata lebih berbahaya daripada pantat yang besar. Penelitian terakhir mengungkapkan jika perut yang besar, adalah muara terjadinya berbagai penyakit kronis. Bahkan pemicu terjadinya metabolic syndrome yang merupakan kumpulan penyakit berbahaya seperti jantung koroner, diabetes, darah tinggi, kenaikan kadar kolesterol hingga perlemakan hati dan liver. Sementara pada perempuan yang mengalami obesitas abdominal, rawan terkena kanker endometrium dan PCOS yang berakibat pada terjadinya kemandulan.

“Jika masuk pada stadium tiga, sindroma metabolic itu bisa menyebabkan pre diabetes mellitus dan diabetes mellitus (DM) tipe dua. Namun, jika terus dibiarkan, dia bisa masuk stadium empat yang merupakan manifestasi penyakit seperti jantung koroner, stroke dan lain-lain,”

Sedangkan yang bersifat non fisik adalah segala bentuk penyakit kejiwaan (psikis), seperti tamak, serakah, rakus, konsumtif, materialistis, foya-foya pemboros dan lain-lain, yang hanya bisa diobati dengan dzikrullah, dan senantiasa bertaqarrub kepada Allah SWT. 

Dari Berbagi sumber dan http://m-alwi.com
 
Copyright © 2014 Share In Love - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info