Enam Aktivis Aceh Ditangkap Aparat Keamanan



Aktivis HAM di Aceh Ditangkapi Aparat

JAKARTA (AFP): Lima orang pekerja hak asasi manusia (HAM) dan seorang laki-laki berada dalam kondisi yang kritis akibat penyiksaan dan sakit setelah ditahan oleh polisi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.Demikian menurut laporan Amnesti Internasional, kemarin.

Kelompok aktivis HAM yang bermarkas di Inggris itu menyatakan bahwa kelima anggota itu diketahui telah ditahan.
Amnesti Internasional menyatakan bahwa kejadian itu bermula pada 19 Februari, ketika Masrizal, 30, yang diduga sebagai anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ditangkap pihak kepolisian dan ditahan.

Tiga hari kemudian, salah seorang anggota HAM, Iwan Irama Putra, 24, yang berkenalan dengan Masrizal juga ikut ditahan. Hal ini juga disertai dengan penahanan tiga orang perempuan pekerja HAM, yaitu mahasiswa IAIN Arraniry Harlina, 23, dan Nursida, 21, serta mahasiswi Universitas Syiah Kuala Nova Rahayu, 20. Juga mahasiswa IAIN Arraniry Syafruddin, 22. Disebutkan bahwa Harlina dan Syafruddin sempat mengalami pemukulan sebelum ditahan.
Hal itu disebut Amnesti Internasional sebagai bentuk kekerasan berat terhadap HAM.  Eksekusi di luar pengadilan terhadap semua orang, dewasa dan anak-anak, telah dilaporkan sejak perlawanan terakhir pada akhir Mei, menurut sumber dari Amnesti. "Siapa pun yang ditahan oleh polisi dan militer di Aceh berada dalam risiko penyiksaan, sakit, dan kekerasan HAM lainnya," kata sumber tersebut.

Sementara itu, siaran pers Kontras yang diterima Media mengecam tindak penangkapan dan sewenang-wenang yang ditujukan kepada aktivis di Aceh itu. Siaran pers yang ditandatangani Koordinator Badan Pekerja Kontras Usman Hamid itu menyatakan bahwa pola penangkapan seperti itu tampaknya dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk membungkam kebebasan berpolitik rakyat Aceh.

Sementara itu, juru bicara Koops TNI Letkol Asep Sapari ketika dikonfirmasi Media mengenai penangkapan lima aktivis tersebut mengaku belum memperoleh laporan. Menurut Asep, jika yang melakukan penangkapan adalah pihak kepolisian, maka sebaiknya dikonfirmasikan langsung ke Polda Aceh. Pendapat serupa diungkapkan Komandan Korem12/Teuku Umar Kolonel Gerhan Lantara.

Namun, sampai malam kemarin Media belum berhasil menghubungi Kapolda NAD Irjen Bahrumsyah maupun Kadispen Polda Aceh Kombes Sayed Husainy melalui telepon genggam mereka, karena tidak aktif.(AFP/CR-37/Nur/P-4)


++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Kompas Cyber Media Updated: Selasa, 24 Februari 2004, 16:15 WIB


NASIONAL
Enam Aktivis Aceh Ditangkap Aparat Keamanan
Laporan: Heru Margianto

Jakarta, KCM
Enam orang aktivis Aceh ditangkap aparat keamanan di kawasan Aceh Tengah. Satu orang sudah dibebaskan sementara lima lainnya sampai hari ini, Selasa (24/2), tidak diketahui kabar mereka. Tak diketahui pula alasan penangkapan mereka.

Soal penangkapan ini disampaikan juru bicara Solidaritas Aceh Papua Thamrin Ananda kepada wartawan di Kantor Kontras, Jakarta, Selasa. Ia didampingi aktivis Kelompok Perempuan Mardhika, Dita Indah Sari.

Lima orang aktivis Aceh yang belum diketahui keberadaan mereka adalah Iwan Irawan Putra, Harlina, dan Masrizal  (ketiganya aktivis IMPEL/Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Linge). Berikutnya, Nursida dan Nova Rahayu (keduanya aktivis Orpad/Organisasi Perempuan Aceh Demokratik).

Sementara, aktivis yang telah dibebaskan adalah Syaffruddin. Ia adalah aktivis SMUR (Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat).

"Seluruh penangkapan terhadap para aktivis IMPEL, SMUR dan Orpad berlangsung selama 19 sampai 23 Februari. Penangkapan tersebut tanpa disertai prosedur hukum yang benar. Tanpa surat penangkapan dan tuduhan yang jelas," kata Thamrin.

Dikejar-kejar Selain enam orang tersebut, Thamrin menambahkan, tiga aktivis IMPEL lainnya yakni Muhsin, Munzir dan Ratna saat ini tengah dikejar-kejar aparat keamanan. Ratna berhasil melarikan diri ketika aparat keamanan dari kesatuan Brimob Lingke menggerebek rumah Nursida.

Waktu itu, baik Nursida, Nova Rahayu, dan Ratna memang tengah berada dirumah tersebut. Ratna melarikan diri dengan memanjat tembok saat insiden penggerebekan yang dilakukan aparat keamanan berkekuatan dua mobil Kijang dan mobil Reo.

Thamrin, kemudian, meminta agar pihak keamanan menjelaskan keberadaan teman-teman mereka dan secepat mungkin membebaskan mereka. Upaya pembelaan melalui pengacara sulit dilakukan karena aparat keamanan membantah melakukan penangkapan. (prim)

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Harian Sinar Harapan, 24 Februari 2004

Empat Perempuan Aktivis Aceh Hilang
Banda Aceh, Sinar Harapan

Empat perempuan aktivis Organisasi Perempuan Aceh demokratik (Orpad) dinyatakan hilang sejak Senin (23/2) di Banda Aceh. ”Sampai sekarang, kami tidak mengetahui, di mana posisi mereka sekarang,” ungkap Ketua PP-Orpad, Raihan Diani di Jakarta kepada SH, Selasa (24/2).

Raihan membeberkan empat remaja anggota Orpad yang diklaim hilang itu masing-masing Nova Rahayu (23), Nursida (22), Ratna (22), dan Harlina (22) yang semuanya berstatus mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Raihan menuturkan kronologi raibnya anggotanya ketika polisi Banda Aceh menangkap Iwan Irama Putra (27) yang juga aktivis mahasiswa asal Linge Aceh Tengah pada Minggu (22/2) dengan membawa satu disket milik mahasiswa IAIN Ar-Raniry yang tidak diketahui berisi data apa.

Dalam penangkapan, Brimob menanyakan keterkaitannya dengan Ratna (aktivis Orpad). Hal ini berlanjut pada Senin (23/2) Harlina, aktifis Orpad dijemput di rumahnya dan hingga kini tidak jelas dibawa kemana. Pada hari yang sama, ungkap Raihan, Brimob menangkap Nova dan Nursida yang diambil di rumah Nursida (Harlina sering ke sana).

Sedangkan Ratna, anggota Orpad berhasil melarikan diri dengan memanjat tembok rumah. ”Kami minta kepada pihak-pihak tertentu untuk bisa memperlihatkan keberadaan anggota kami,” pinta Raihan. Menyangkut penangkapan Iwan, Wakil juru bicara Polda Aceh Kompol Anggaria membenarkan menangkap Iwan karena diduga sebagai anggota GAM.

Dari tangan tersangkap Iwan, polisi menyita barang bukti KTP dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan GAM. ”Dia sekarang diamankan di Mako Sat Brimobda untuk penyelidikan lebih lanjut,” jelas Anggaria yang sama sekali tidak menyinggung penangkapan empat perempuan anggota Orpad. (zal)


*** ELSHAM NEWSSERVICE adalah suatu bagian pelayanan informasi regulertentang situasi sosial politik dan implikasinya terhadap HAM dandemokrasi di Papua. ELSHAM NEWS SERVICEmenyebarkan secara rutin laporan-laporan investigative aktual yangdiperoleh secara langsung dari jaringan ELSHAM yang tersebar di seluruhpelosok Papua, nasional dan internasional. ELSHAM adalah lembaga HAM yangberdiri 5 Mei 1998 bekerja untuk mengakhiri militerisme, kekerasan danimpunitas serta melakukan pendidikan HAM dan demokrasi bagi masyarakatPapua. Bagi anda yang ingin berlangganan silahkan kirimkan permohonandengan menyertakan identitas yang jelas keelshamnewsservice@...





 
Copyright © 2014 Share In Love - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info