Kerkhoff

Kerkhoff merupakan kuburan militer Belanda pada waktu perang melawan rakyat Aceh. Lokasi komplek makam yang berukuran 150 x 200 meter tersebut terletak di jalan Teuku Umar, disamping lapangan Blang Padang, kota Banda Aceh. Kuburan Kerkhoff Banda Aceh merupakan kuburan militer Belanda yang terletak di luar negeri Balanda yang terluas di dunia. 
Di tempat yang kini menjadi bukti sejarah ini, dikuburkan kurang lebih 2 ribu serdadu Belanda, termasuk di antaranya serdadu Jawa, Batak, Ambon dan beberapa serdadu suku lainnya yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata Hindia-Belanda. 
Selain serdadu Belanda, di dalam komplek itu juga terdapat makam putra Sultan Iskandar Muda, yakni Amat Popok yang berzina dan dijatuhi hukuman rajam.
Di Kherkhof juga di makamkan Jenderal JHR Kohler yang gugur ditembak pasukan Aceh di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. 
Pada mulanya Kohler di makamkan di Tanah Abang, Jakarta, namun semenjak 19 Mei 1978, makam tersebut dipindahkan ke komplek Kherkhoff. Selain itu juga dimakamkan Jenderal Van Der Heyden, Jenderal PEL, serta Jenderal Van Aken.
Kherkhoff sendiri di bangun pada tahun 1880 dengan pencantuman nama-nama prajurit Belanda yang dimakamkan. 
Makam itu merupakan salah satu bukti nyata kepahlawanan rakyat Aceh dalam mempertahankan daerahnya dari penjajahan Belanda, sejak Belanda mencoba menginjakkan kakinya di Aceh dalam penyerangan pertama pada bulan Maret 1873.

Sejarah Kerkhoff

Menurut catatan sejarah, pada tahun 1873 Belanda masuk ke Aceh dan berusaha untuk menguasai wilayah bumi “Renchong” ini. Namun, keinginan tersebut tidak terlaksana karena mereka mendapat perlawanan sengit dari pejuang Aceh yang gagah berani. Bahkan, Jenderal Kohler yang memimpin penyerangan tersebut harus kehilangan nyawanya pada tahun 1873 itu juga. Dia terkena tembakan tepat di dahinya di depan Masjid Raya Baiturrahman pada 14 April 1873. 
Usaha Belanda untuk menguasai Aceh secara menyeluruh tidak dapat berjalan mulus hingga pada tahun 1942. Belanda hanya dapat menguasai daerah perkotaan saja. Sedangkan, di daerah-daerah pedesaan, Belanda dapat dikatakan mengalami kekalahan. Selama kependudukan Belanda di Aceh, ribuan serdadu Belanda telah tewas. Serdadu yang terdiri dari orang Belanda sendiri dan pasukan anti gerilyanya atau Marsose yang serdadunya berasal dari orang Jawa, Ambon dan Manado tewas di ujung senjata khas Aceh, yaitu rencong dan bedil. Pada mulanya, mereka yang tewas di daerah-daerah pertempuran seperti Sigli, Samalanga, Meulaboh, Bakongan, Idi, Paya Bakong langsung dimakamkan di daerah itu pula. Namun, karena banyaknya graven atau kompleks kuburan yang berceceran di Aceh, maka dilakukan upaya untuk mengumpulkan jasad para inlander tersebut menjadi satu. Dan untuk menampung jasad-jasad para inlander tersebut maka dibangunlah kompleks pekuburan militer oleh Belanda dan dinamai Kerkhoff. 

Kherkhoff dibangun pada tahun 1880 dan sebelumnya lahan tersebut merupakan kawasan ilalang dan kandang kuda. Disana dikuburkan 2.200 serdadu Belanda dari yang berpangkat Jenderal sampai berpangkat rendah. Pada dinding gapura Kerkhoff tercantum nama-nama serdadu Belanda yang dimakamkan disana berdasarkan daerah tempat jasad mereka ditemukan, misalnya disebutkan serdadu Belanda yang tewas di Idi. Bagi serdadu Marsose yang berasal dari orang Jawa atau Ambon seperti nama Paijo (ditambah nama-nama orang Jawa dan Ambon) walaupun namanya tercantum di dinding gapura, namun mereka tidak dikuburkan di Kerkoff, jasad mereka dikuburkan di Taman Makam Pahlawan sekitar 500 meter dari Kerkoff.

Uniknya pejuang Aceh tidak mengetahui dimana jasad Kohler dikuburkan setelah ia tewas. Terakhir diketahui, Kohler dikuburkan di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun, karena kawasan Tanah Abang akan dibangun pertokoan, makam Kohler pun terkena penggusuran. Sehingga, sebagai peringatan sejarah dan atas permintaan Gubernur Aceh Muzakir Walad, jasad Kohler akhirnya dikubur ulang di Kerkoff, Banda Aceh pada 19 Mei 1978. Menurut cerita, pemakaman ulang Kohler di Kerkoff tersebut dihadiri oleh satu peleton tinggi Belanda. 


Kerkoff sendiri ternyata tidak hanya digunakan sebagai tempat peristirahatan yang terakhir bagi serdadu Belanda yang tewas karena pertempuran, tetapi juga karena sakit dikuburkan. Sejumlah pejabat tinggi perwakilan Belanda yang pernah bertugas di Aceh pun mewasiatkan untuk dikuburkan di lahan tersebut. Misalnya, A Ph Van Aken, Gubernur Belanda untuk Aceh yang tewas di Jakarta pada 1 April 1936 dalam kedudukannya sebagai anggota Dewan Hindian Belanda. Tokoh ini terbilang memiliki sikap lunak dan dikenal baik sehingga menarik simpatik masyarakat Aceh. Dia dikenal telah merenovasi kubah Masjid Raya Baiturrahman. 
Karena mengandung nilai sejarah yang tinggi, usaha untuk melakukan perawatan Kerkoff terus dilakukan. Adalah Kolonel Koela Bhee dan Lamie Djeuram mantan komandan bivak di Blang Pidie yang datang kembali ke Aceh pada Juli 1970 dan merenovasi Kerkoff yang sudah ada sejak tahun 1880. Sumber dana pada awalnya bersifat partikelir dan selanjutnya dilakukan upaya kampanye pengumpulan dana perawatan Kerkoff di Belanda. Hasilnya, terbentuklah Yayasan Peucut atau yang belakangan dikenal Stichting Renovatie Peucut. Dana dari yayasan tersebut disalurkan melalui Pemda Kota Banda Aceh.


Artikel Sources:   Aceh Pedia

 Dukungan sumber-sumber:
 
Copyright © 2014 Share In Love - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info